Selasa, 28 Oktober 2008

Pemimpin Harus Mendamaikan Dunia


02-July-2008

Sejarah umat manusia kerap diwarnai lembaran-lembaran peperangan demi peperangan. Pertikaian antara satu kaum dengan kaum yang lain telah mengurbankan ribuan nyawa manusia. Kenyataan pahit seperti itu seharusnya dapat menjadi pelajaran berharga menuju masa depan yang lebih aman dan damai. Menurut DR Muhammad Luthfi Zuhdi, Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia, Jakarta, kekerasan tak ada hubungannya dengan agama dan budaya tertentu. Akar kekerasan global sesungguhnya lebih disebabkan oleh ketidakadilan global dan kesenjangan ekonomi yang mendalam. Di samping itu, negara-negara produsen senjata juga turut menjadi pemicu kekerasan global.

Bagaimana menciptakan perdamaian dunia? Mungkinkah pertikaian-pertikaian dihentikan di masa-masa mendatang? Membahas hal ini, berikut kutipan wawancara CMM dengan M Luthfi Zuhdi, yang memperoleh gelar doktornya dari Jordan ini:

Upaya apa yang seharusnya ditempuh guna menciptakan perdamaian dunia sekarang ini?
Kita, kini hidup dalam kondisi yang sangat pelik. Mengingat berbagai persoalan yang kompleks di tingkat dunia, ataupun negara-negara berkembang, ada dua hal yang dapat dilakukan untuk membangun perdamaian dunia. Pertama, mengurangi intervensi terhadap negara-negara lain, apalagi intervensi yang menyelipkan kepentingan politik. Jika kita simak sejarah, Perang Dunia I dan II terjadi karena dimotivasi oleh sugesti politik. Mereka ingin menjadi yang terkuat di kalangan negara-negara dunia sehingga kolonisasi ke berbagai negara menimbulkan permasalahan baru. Karena itu, gagasan atau cita-cita mewujudkan politik perdamaian bagi masa depan umat manusia agar tatanan kehidupan semakin hari tidak semakin terpuruk, harus terus didengungkan.

Kedua, visi misi PBB sebagai lembaga terbesar di dunia mesti disegarkan kembali. Lembaga dunia ini harus tidak menjadi lembaga yang ditunggangi oleh kepentingan negara-negara tertentu, apalagi diperalat untuk mencapai kepentingan negara adi kuasa. Seluruh negara-negara di dunia seyogianya bersatu dalam satu prinsip membangun masa depan yang cerah bagi masyarakat sipil. Mereka harus dibebaskan dari penindasan, keterbelakangan dan kemiskinan, baik fisik maupun mental.

Tetapi, bukankah semangat mengalahkan yang lain selalu muncul di antara bangsa-bangsa di dunia ini?
Kehidupan kita, umat manusia di dunia ini pada hakikatnya bukanlah persoalan kalah dan menang. Bukan pula untuk mengadu kekuatan mencapai kekuasaan demi kepuasan diri sendiri atau kelompok. Kehidupan kita adalah untuk memperluas perdamaian dan toleransi antar-sesama manusia, agar tercipta suasana harmonis yang menyejahterakan. Tentu, kita boleh berbeda gagasan, agama, budaya, dan negara, tetapi kita tetap dituntut bisa menghargai perbedaan dan meningkatkan solidaritas antar-sesama. Sebab, dari sinilah kita akan dapat menjaga kesejahteraan hidup ini.

Sungguh indah ilustrasi yang ditulis penyair Jalaluddin Rumi lewat puisinya. Rumi menyadari bahwa hidup bukanlah keniscayaan, tetapi setiap manusia diupayakan mampu membawa mataharinya sendiri agar dapat menerangi orang lain dengan kasih sayangnya. Orang lain bukanlah musuh yang harus dienyahkan, melainkan sebagai saingan untuk berkompetisi secara sehat, berkreasi yang lebih edukatif, konstruktif, dan kontributif.

Negara-negara besar juga dinilai turut berperan dalam memicu terjadi kekerasan, pandangan Anda?
Kebijakan luar negeri negara adi daya yang selalu berusaha mengontrol Timur Tengah, bisa dikatakan turut menjadi pemicu. Kondisi itu tidak mereka sikapi dengan langkah-langkah politik, tetapi mengalihkannya menjadi masalah agama. Nah, inilah yang semakin membuat rumit persoalan yang berkembang dan sulit dipecahkan.

Mereka juga menilai kekerasan yang dilakukan negara negara besar menjadi pemicu kekerasan global. Selain itu, globalisasi memunculkan banyak marginalisasi, perasaan keterasingan, terpinggirkan yang kemudian melahirkan bentuk bentuk kekerasan baru yang lain.

Faktor apa saja yang menjadi penguat cita-cita mewujudkan perdamaian?
Perkembangan zaman kini semakin maju. Indikasinya, tehnologi informasi berkembang pesat, jumlah ilmuan kian hari kian bertambah. Nah, kondisi demikian tentu diharapkan mampu menciptakan perdamaian di tingkat dunia, bukan menambah anarkisme dan agresivitas di berbagai lini kehidupan.

Forum Perdamaian Dunia pekan lalu mencoba membahas akar masalah kekerasan global dan mencari solusinya. Seberapa efektif akan memberikan kontribusi bagi perdamaian dunia?
Saya percaya forum besar dan berskala internasional ini akan mampu mengkristalisasikan masalah-masalah kekerasan dan masalah perbedaan antar-agama. Para tokoh dunia tersebut berkesempatan sharing dan berbagi untuk menyatukan pemahaman mereka. Kita juga berharap mereka mampu memunculkan kepedulian masing-masing – bukan mengedepankan kepentingan sendiri meski menginjak yang lain – sehingga tujuan bersama teruwujudnya sebuah kehidupan yang harmonis benar-benar dapat direalisasikan.(CMM)

0 komentar: