SEMAKIN merakyatnya teknologi, kini anak-anak pun sudah bisa membuat mainan elektronik sendiri. Mobil tamiya yang populer itu, misalnya, tidak lagi kita impor karena bisa kita buat sendiri.
Demikian keyakinan Direktur Fischer Technik Klub Robotik Lucas C Gee saat penyelenggaraan Kompetisi Robotik untuk SD di arena Megabazaar Computer 2009 Jakarta Convention Center, Minggu.
"Melalui kompetisi ini, kami hendak memperkenalkan teknologi sejak dini pada anak-anak dengan cara bermain. Bermain dan belajar,” kata Lucas.
Kompetisi yang telah berlangsung kali ketiga ini tergolong unik. Hal itu ditunjukkan dengan para peserta yang masih SD. Kemudian, yang lebih mengejutkan, hampir semua peserta, dari 21 sekolah, mempunyai ekstrakurikuler robotik. Peserta lomba terdiri dari 3 orang yang didampingi oleh seorang guru.
"Yang dikompetisikan memang robot yang paling sederhana, yaitu mobile robotic," kata Lucas. Yang dimaksud dengan mobile robotic adalah robot mobil yang bentuknya bisa divariasi oleh peserta.
Kreativitas
Mereka yang menang adalah mereka yang paling banyak mengumpulkan poin. Caranya, mobile robotic mereka harus melewati trek yang ada poin-poinnya. Untuk mendapatkan poin yang banyak maka mobile robotic harus berjalan berkeliling, melewati jembatan, dan menghalangi tiap hambatan.
"Untuk itu, yang terpenting dalam hal ini adalah strategi. Mereka melihat trek, susun strategi, dan akhirnya merakit robot," kata Lucas. Strategi ini termasuk pemrogaman robot, di mana robot nantinya bisa bergerak, meluncur, dan berbelok dengan sendirinya sebagaimana diharapkan peserta.
Pada kenyataannya, sebagaimana kompas..com amati tidaklah gampang. Ada mobile robotic yang awalnya meyakinkan, tetapi selanjutnya berjalan miring, salah belok dan akhirnya nabrak penghalang. Yang lucu lagi, ada robot yang setelah diletakkan pada trek harusnya berjalan lurus malah muter-muter di tempat.
Menurut Lucas, dengan pengenalan teknologi sejak dini anak-anak disadarkan untuk mandiri. Kalau selama ini mereka hanya terima jadi ketika membeli mainan, maka dengan kegiatan ini mereka bisa berpikir bahwa mainan tersebut bisa kita buat sendiri, dan tidak serumit yang dipikirkan.
"Mereka kami ajak untuk berpikir bahwa bukanlah suatu yang mustahil untuk membuat robot. Kami perkenalkan itu sehingga mereka mandiri: berpikir sendiri, merakit sendiri, dan membuat program sendiri." kata Lucas. Dengan demikian, kreativitas anak dipacu.
Hal tersebut diamini Guru Komputer dan Pengajar Ekstrakulikuler Robotik SD Santa Laurensia Alam Sutera, Yohanes Sinulingga, yang anak didiknya mengikuti kompetisi ini.
"Kegiatan ini bisa meningkatkan kreativitas anak-anak. Untuk itu, kami mendukung bidang ini masuk di sekolah kami," kata Yohanes, yang di sekolahnya sejak tahun lalu ada ekstrakulikuler robotik.
Dari anak sendiri, bidang robotik tidaklah sesulit yang dibayangkan. Memang, untuk mempelajari robotik, panduan yang tersedia masih dalam bahasa Inggris. "Tetapi tidak masalah kok. Saya tidak mengalami kesulitan, lagi pula kalau tidak mengerti kan bisa lihat gambarnya," kata Andrew peserta dari SD Don Bosco Kelapa Gading, Jakarta.
Sampai Papua
Dari peserta yang hadir, ada satu peserta dari SD Negeri 1 Jayapura, Papua. Mereka telah empat hari di Jakarta untuk mengikuti kompetisi robotik SD, SMP, SMA atas undangan Fisher Technik.
"Motivasi kami ikut ini adalah untuk memperkenalkan bidang robotik kepada anak-anak dan untuk meningkatkan kreativitas mereka," kata Hartono Wijaksono Santosa, pendamping SDN 1 Jayapura yang di sekolahnya mengajar Fisika.
Target mereka, kata Hartono yang mendampingi 3 anak kelas V SD, hanyalah untuk mencari pengalaman. Hal itu bisa dimengerti karena pengenalan komputer saja masih sangat minim. Untuk kelas V SD, mereka diperkenalkan seputar perangkat komputer. Setahun kemudian, yang dipelajari hanya Microsoft Office.
"Tapi kami menargetkan bisa masuk sepuluh besar dalam kompetisi ini," kata Hartono yang berharap setelah kegiatan ini di sekolahnya ada ekstrakurikuler robotik.
Lucas, sebagai penyelenggara, memiliki mimpi ke depan dalam dunia robotik. "Saya bermimpi, untuk ke depan, yaitu tahun 2030, kita bisa membuat mobil sendiri," kata Lucas yang prihatin dengan Indonesia yang sangat bergantung pada luar negeri dalam teknologi.
Teknologi pada prinsipnya adalah membantu pekerjaan manusia. Robot, sebagai aplikasi teknologi, selalu dirancang untuk itu. Dengan robot, pekerjaan manusia bisa lebih efisien, efektif, serta hemat biaya dan waktu. Namanya anak-anak SD, ada saja jawabannya saat ditanya harapannya setelah bisa membuat robot.
"Saya ingin sekali membuat robot yang bisa membantu saya untuk nyontek," kata Andrew sambil tertawa. Di sekolahnya, anggota ekstrakurikuler robot mulai dari kelas satu sampai kelas enam.
0 komentar:
Posting Komentar