Senin, 06 April 2009

Kutu Pada Alat Kemaluan Bisa Menular !

ini kata pak dokter lo ?

kutu



PADA pria, fungsi rambut kemaluan (pubis) memang tak sepenting bulu mata, hidung, dan telinga. Namun, bukan berarti keberadaan pubis ”dipandang sebelah mata”. Sebab, pubis juga menjadi sumber penularan penyakit. Salah satunya, kutu pubis (phthirus pubis).

”Itu terjadi bila pubis jarang dibersihkan sehingga kutu juga mudah hinggap dan bertelur di sana,” kata dr Ary Widhyasti Bandem MKes SpKK. Penularannya melalui hubungan seksual dengan pasangan yang juga menderita phthirus pubis. Atau, menggunakan satu handuk, pakaian dalam, selimut dengan orang yang ternyata punya kutu pada pubisnya.

Ciri-ciri penderita phthirus pubis adalah gatal-gatal yang tak berkesudahan walau sudah digaruk. Saat digaruk, biasanya kutu melekat di tangan. Serta, terdapat warna hitam di daerah pubis. Lama-kelamaan, bekas garukan tersebut berdarah sampai muncul nanah. ”Kalau sudah begitu, berarti telah infeksi,” ungkap spesialis kulit kelamin dari RS Spesialis Husada Utama Surabaya tersebut.

Selain itu, ada kemungkinan pasien phthirus pubis menderita folikelitis. Itulah radang di pangkal rambut.

Ary menjelaskan, kutu pubis beraksi dengan cara menancapkan kepalanya ke akar rambut. Kemudian, mengisap darah dari pembuluh darah yang kecil. Itu berbeda dengan gonore (kencing nanah) dan herpes yang menyerang bagian selaput lendir (mukosa) dan kulit penis.

”Jika sudah mengalami folikelitis, pasien harus diberi obat antiradang. Kutu pun harus dimatikan,” paparnya. Bila tak sampai infeksi, cukup diberi obat untuk membunuh kutu.

Dokter Susanto Suryaatmadja MKes SpAnd, androlog dari RSU dr Soetomo, Surabaya, menambahkan, obat pembasmi kutu tak akan membahayakan penis. ”Justru, kutu ini harus segera dihilangkan. Jika tidak, kutu akan menular ke pasangannya,” ungkapnya.

Kalau begitu, bagaimana cara menjaga kebersihan pubis pria? Ary mengatakan, tak ada pemeliharaan khusus. Cukup disabun ketika mandi. ”Tak ada sabun khusus. Bisa menggunakan sabun mandi biasa,” paparnya.

Dokter asal Bali itu menjelaskan, pria jarang melakukan perawatan khusus untuk kebersihan pubisnya. Jika memang rambut pubisnya panjang dan mengganggu, bisa juga digunting atau dicukur.

Khusus dicukur, lanjut Ary, gunakan alat cukur yang bersih dan tajam. Hal itu menghindari daerah pubis lecet dan terluka. ”Bila perlu, ganti terus siletnya setiap mencukur daerah pubis,” ungkapnya. Cara lain, di-wax. Nah, bila mau menghilangkan pubis secara permanen, bisa dilaser atau elektrolisis. ”Bergantung si pasien mau yang bagaimana, dihilangkan permanen atau sementara,” ujarnya.

Susanto menambahkan, pubis tak perlu dihilangkan permanen atau dicukur hingga bersih. Sebab, ada kalanya hal tersebut justru mengganggu kenyamanan ketika berhubungan intim dengan pasangan.

Ada kalanya, istri tak suka bila daerah kemaluan terlihat ”gundul”. Sebab, pubis juga bisa menjadi salah satu tempat sensitif (seksual) bagi beberapa pria dan wanita. ”Ada mitos yang dipercaya kalangan Tionghoa bahwa mencukur habis pubis jauh dari keberuntungan,” katanya.

Namun, ada pula yang tak suka bila pubisnya dicukur sebagian. Susanto mengatakan, ada beberapa istri yang mengaku pubis jadi agak tajam sehingga tak nyaman bahkan nyeri setelah hubungan intim. ”Intinya, bergantung kesepakatan suami dan istri. Sebab, hal tersebut menyangkut kepuasan ketika melakukan hubungan seksual.

0 komentar: