Selasa, 16 Juni 2009

pria aborigin di goreng

Foto Ilustrasi

Keluarga tetua Aborigin Australia yang meninggal setelah "dimasak" di bagian belakang mobil van penjara, sedang mempertimbangkan untuk mengajukan tuntutan.

Seorang petugas koroner mencap perlakuan terhadap pria yang berusia 46 tahun tersebut tidak manusiawi dan "memalukan". Dia akan meminta jaksa penuntut mempertimbangkan kembali dakwaan kriminal mengenai kematian pria itu akibat sengatan panas di Australia Barat pada Januari 2008.

Tetua itu, yang hanya dikenal sebagai Ward karena nama depannya yang disebutkan karena alasan budaya, dibawa sejauh 360 kilometer ke penjara di bawah temperatur 50 derajat Celsius di dalam van dengan penyejuk udara yang tak berfungsi.

Ward, yang ditangkap sehari sebelumnya karena mengemudi sambil mabuk, melewati waktu 40 jam di bawah terik matahari antara kota pertambangan Laverton dan Kalgoorlie, dan menderita luka bakar tingkat tiga ketika tubuhnya menyentuh lantai logam, demikian keterangan yang diberikan kepada petugas penyidik.

Petugas Koroner Australia Barat, Alastair Hope, mendapati bahwa Ward efektif "dimasak" hingga tewas dan mengecam keras penjara negara bagian, perusahaan keamanan swasta yang mengoperasikan van tersebut dan dua penjaga yang mengawal Ward.

"Memalukan bahwa satu penjara pada abad 21, terutama seorang tahanan yang belum dituntut melakukan kejahatan apa pun, dibawa menempuh perjalanan jauh dalam temperatur tinggi di dalam kota ini," kata Hope.

Dalam proses pemeriksaan tersebut dikatakan ketika Ward akhirnya tiba dalam keadaan tak sadarkan diri di rumah sakit Kalgoorlie, mayatnya sangat panas sehingga staf kepolisian tak dapat membuat mayatnya dingin.

Setelah direndam es, yang gagal menyelamatkan nyawanya, temperatur tubuhnya mencapai 41,7 derajat Celsius.

Sepupu Ward, Daisy Ward, mengatakan kepada Australian Broadcasting Corporation, keluarganya sedang mempertimbangkan untuk mengajukan tuntutan terhadap GSL, yang mengelola armada van penjara, karena melanggar tugasnya memberi perawatan.

"Masyarakat ingin melihat bahwa mereka dihukum untuk apa yang telah mereka lakukan," katanya.

Perusahaan angkutan itu menawarkan untuk pergi ke kota kelahiran Ward, Warburton, untuk meminta maaf kepada keluarganya, tapi keluarganya telah menolak tawaran tersebut.

"Kamis semua mengatakan itu sudah sangat terlambat dan mereka mestinya telah datang menemui kami dan meminta maaf sebelumnya," kata Daisy Ward. (Btt/Ant)
spirit-zone blogspot.com

0 komentar: