Kamis, 23 Oktober 2008


Akulturasi Budaya Islam dan Hindu-Buddha


oleh : NasrulAzwar

Pengarang : Kompas
Diterbitkan di: Oktober 18, 2007
Islam serta unsur-unsur budayanya di Nusantara

merupakan hasil akulturasi antara budaya Islam dengan Hindu-Buddha yang
lebih dulu ada di Nusantara. Menurut Habib, catatan tertua tentang peninggalan
purbakala Islam di Nusantara, antara lain, terdapat dalam kisah-kisah
pelayaran para pelaut Belanda yang mengunjungi Nusantara pada akhir
abad XVI. Pelayaran pertama dilakukan Cornelis de Houtman
(1595-1597), yang kedua oleh Jacob van Neck dan Wybrant Warwyck tahun
1598-1600.
Studi orang Eropa
Selama abad XVII studi tentang Islam di Jawa mulai mendapat perhatian
di lingkungan universitas di Negeri Belanda dan Eropa berkat
laporan-laporan tersebut.
Misalnya, R van Goens (1648-1654) menguraikan Islam yang terdapat di
pedalaman Jawa Tengah dan kehidupan masyarakatnya, Wouter Schouten
(1676) menggambarkan masjid di Jepara. Nicolas
de Graaf (1701) mengisahkan pengislaman di Maluku serta memuat
informasi bentuk masjid yang dilihatnya di Aceh, Jawa, Sulawesi, dan
Maluku.
Pandangan kedua mengemukakan, Islam di Nusantara
disebarkan dari daerah yang telah lebih dahulu memeluk Islam, misalnya
Persia, India, dan Campa.
Keduanya menyanggah pendapat para sarjana Belanda
sebelumnya, yang berpendapat bahwa Islam di Nusantara berasal dari
tanah Arab langsung dibawa oleh para pedagang.
India Selatan
Kemungkinan India selatan sebagai pusat kebudayaan Islam yang
berpengaruh di Nusantara, di antaranya dapat ditunjukkan oleh data
teks, seperti dikemukakan oleh Van Ronkel dan Robson.
Van Ronkel dalam kajiannya tentang roman Amir Hamzah dan ciri-ciri
mistik dalam karya abad XVI di Nusantara menunjukkan pengaruh yang kuat
dari India selatan. Pendapat tersebut diperkuat
oleh Robson, dengan merujuk sejumlah istilah yang digunakan dalam
masyarakat Islam, antara lain: lebai atau lebe, santri, maulana yang
adalah istilah-istilah yang banyak dijumpai di kalangan Muslim Tamil.

0 komentar: