Senin, 30 Maret 2009

Kampung Mirip Swiss di Blitar, ???????????

ni cerita lain lagi ma cerita sebelumnya hampir-hampir mirip ma ceritanya paris van java to bandung euiy kota kembang gitu. ni cerita juga dari perantau/inlander yang pernah ngejajah bumi patria itu, dari sini lo bro http://blitarkita.com

BLITARKITA.COM - Blitar layak dikunjungi bukan cuma karena ada kuburan Sukarno atau kompleks Palah Panataran yang menjadi penanda keagungan mendiang Majapahit. Blitar juga punya panorama elok yang bahkan digambarkan mirip Swiss di Eropa.

Blitar bagian mana itu?

Tentu bukan Brang Kidul, tlatah atau wilayah di selatan Kali Brantas hingga bibir Laut Kidul yang kini sebagian besar tandus. William Barrington D’Almeida, musafir dari abad 19, mencatat kampung elok mirip Swiss itu dalam kitab Life in Java: with sketches of the Javanese, volume1, terutama kaca 298. Kitab ini diterbitkan Hurst and Blackett, London tahun 1864.

“… and at Tologo, three paals distant from Panatharan, there is a Swiss-looking village surrounded by mountains, with the ruins of an ancient temple close to the margin of a small lake,” tulis William Barrington.

Tologo?
Kampung yang dikepung gunung?
Jaraknya tiga pal dari Penataran?
Ada reruntuhan candi kuno di pinggir danau yang mungil?

Apakah Tologo itu mengacu pada umumnya telaga atau memang nama sebuah wilayah? Lebih susah ditebak lagi terutama karena William Barrington memakai satuan jarak yang kini tak lazim digunakan; paals. Tapi tunggu, ada dua petak tanah cekung dengan air bening dekat Penataran. Satu persis di belakang candi, satunya lagi agak ke utara, kini berada di pinggir jalan beraspal. Sama-sama ada reruntuhan candi kuno di kedua titik itu.

Tapi, aduh, keduanya kurang tepat disebut lake, telaga atau danau. Keduanya lebih sebagai bathing place. Tempat yang mungkin dulu digandrungi bangsawan-bangsawan ayu dengan betis aduhai layaknya Ken Dedes dari Tumapel, yang membuat preman ndeso Ken Arok mabuk kepayang hingga nekat coup d’état atas Akuwu Tunggul Ametung.

Untunglah, paals atau pal disebut juga oleh William Barrington untuk menggambarkan jarak antara pusat Blitar dengan Penataran. Ia meriwayatkan, “From here it is but nine paals further to Panatharan, where are to be seen many tombs of old kings and chiefs, some of which are well worth a visit.”

Jika demikian, dari Penataran ke kampung-seperti-Swiss itu sebanding dengan sepertiga perjalanan dari Blitar ke Penataran. Besar kemungkinan ke arah yang mendekat lembah Kelud. Mungkinkah telaga pada foto itu? Putri dari lembah Kelud mungkin bisa jadi juru terang soal ini.

Apapun, William Barrington adalah musafir yang sudah berjasa menjual ‘kecap Blitar’. Katanya pula, Blitar bisa ditempuh dari Kediri dalam tempo kurang dari satu hari. Pergi ke Blitar disebut sebagai pelesir yang akan bikin senang siapapun yang gandrung pemandangan cantik. Penduduknya juga menyenangkan. Dari Blitar kota, pemandangan Kelud dan Krisik membentuk panorama yang bagus.

0 komentar: