Senin, 30 Maret 2009

Stadswapen van Blitar

da cerita nih dari orang blitar yang moyang-moyangnya pernah dijajah oleh para inlander, usul punya usul cerita yang gue dapet dari copy paste dari : http://blitarkita.com/

BLITARKITA.COM - Stadswapen van Blitar. Lambang Kotapraja Blitar zaman Belanda. Sesantinya, Labor Improbus Omnia Vincit. Artinya, kurang lebih, kerja keras bisa mengatasi segalanya. Ini nyaris sama berapi-apinya dengan jargon kotapraja sekarang, Kridha Hangudi Jaya, yang tafsir resminya begini;

“Semangat Gerak yang timbul dari kita masing-masing untuk berusaha mencari atau mengupayakan segala sesuatu agar berhasil dengan gemilang, dimaksudkan untuk memberi motivasi dan daya penggerak yang lebih dinamis, lebih aktif dalam pelaksanaan pembangunan, baik dan terarah kepada masyarakat guna berpartisipasi, baik dari sumber dana maupun daya yang ada.”

Masih menurut sejarah resminya, lambang itu agaknya baru diubah pada 1930 menjadi seperti foto di samping ini. Padahal, Kotapraja Blitar dibikin hampir seperempat abad sebelumnya, 1 April 1906, yang berarti akan genap berusia 103 tahun, dua pekan lagi.

Walanda membikin Kotapraja Blitar berbarengan dengan 17 kotapraja lain, di antaranya, Batavia atawa Jakarta, Buitenzorg atawa Bogor, Bandung, Cheribon atau Cirebon, Magelang, Semarang, Salatiga, Madiun, Malang, Surabaya dan Pasuruan. Lainnya di luar Jawa.
Sejarah tunggal Kotapraja Blitar menyebutkan, sebagai konsekuensi pembentukan kotapraja itu, pemerintah pusat kolonial Belanda di Batavia kasih subsidi 11.850 gulden per tahun. Seberapa bernilai uang itu di tahun 1906?

Jika mengacu pada nilai uang selusin tahun sebelumnya, subsidi 11.850 gulden itu setara dengan 1040 kali ongkos naik kereta api kelas satu dari Surabaya ke Blitar. Atau setara juga dengan 21 tiket kapal laut sekali jalan dari Batavia ke Belanda via London.

Nah, perhitungan tadi berdasarkan keterangan Capt. Fedor Schulze dalam West Java Travellers Guide from Batavia to Tjilatjap, terbitan Visser & Co, Batavia tahun 1894 dalam foto di atas. Schulze dalam kitab itu melampirkan macam-macam advertensi dari tahun 1893.

Selain harga tiket kereta dan kapal laut tadi, Schulze juga melampirkan advertensi harga sigaret, sampanye, tarif kamar hotel, foto studio, dan lain-lain informasi dari beberapa kota di Nederlandsch-Indie, kini Indonesia.

Lain lagi dengan sesanti Kadipaten Blitar, Hurub Hambangun Praja yang artinya kurang lebih semangat membangun negeri. Ada juga yang mengartikannya sebagai bahu-membahu membangun masyarakat. Kadipaten ini konon berusia 685 tahun pada 5 Agustus nanti. Nanti saja ucapan selamatnya. Sekarang selamat ulang tahun buat Kotapraja Blitar dulu, hartelijk gefeliciteerd!


la disini ku ngambilnya :http://blitarkita.com/

0 komentar: